Permintaan pasar terhadap bahan pangan organik semakin hari semakin meningkat. Jika metode pertanian organik terus dikembangkan secara intensif dan berkelanjutan, masa depan petani yang lebih sejahtera dapat terwujud.
Dunia sudah semakin maju. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebagai bintang utamanya telah memudahkan manusia melakukan berbagai jenis pekerjaan. Cara berpikir yang maju itu juga memungkinkan manusia menata alam dan segala ekosistemnya agar berguna bagi kelangsungan hidup manusia.
Penemuan para pakar ilmu pengetahuan dalam ilmu biologi, contohnya, telah membawa pengaruh besar bagi pengelolaan tanah untuk kepentingan sektor pertanian. Namun, tak jarang, kehadiran berbagai hasil kreasi manusia karena kemajuan ilmu pengetahuan itu turut berdampak buruk bagi ekosistem. Salah satunya, apa yang terjadi pada sektor pertanian.
Pertanian berkaitan dengan berbagai upaya atau kegiatan yang memanfaatkan sumber daya hayati. Kegiatan utama pertanian adalah pengolahan lahan dan pembudidayaan tanaman Singkatnya, pertanian merupakan usaha tanam- menanam.[2]
Sawah, kebun, ladang, dan berbagai area pertanian lainya adalah sumber daya utama dalam urusan pertanian. Yang jelas, tujuan utama setiap usaha pertanian adalah menghasilkan bahan pangan (makanan) yang akan dikonsumsi manusia. Penegasan itu lantas memberi pesan penting bahwa setiap usaha pertanian juga berkaitan dengan kesehatan manusia.
Beberapa tahun terakhir, kerusakan lahan pertanian kian menggelisahkan. Hal itu diakibatkan penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Kerusakan lahan itu memicu menurunnya kualitas tanaman hasil pertanian. Bahkan, bahan pangan yang disuburkan oleh berbagai bentuk pupuk kimia tak sehat dikonsumsi. Tak ada pilihan lain untuk persoalan ini, selain berani untuk menggunakan sistem pertanian organik.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Kegelisahan terhadap dampak buruk penggunaan pupuk kimia membuat sebagian besar pakar biologi tanah berupaya menemukan solusi atas persoalan itu.[3]
Konsep pertanian organik sebenarnya telah mulai dikenal pada tahun 1930 dan 1940-an, setelah Sir Albert Howard dan istrinya Gabriel Howard mengembangkan pertanian organik. Kala itu, Howard mendasarkan pengembangan pola pertanian organik pada potret pertanian tradisional di India, yang kemudian dibedah secara biodinamis. Dari sana, ia pun berhasil menerapkan prinsip ilmiah pada berbagai metode pertanian tradisional dan alami. [4]
Dalam perkembanganya, pertanian organik lantas menjadi tawaran utama untuk perang terhadap pemakain pupuk kimia berlebihan, yang telah mengakibatkan kerusakan lahan yang cukup parah di berbagai belahan dunia. Pemakaian pupuk sintetis telah merusak ekosistem tanah, dan terkontaminasinya tanaman oleh zat- zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Cita-cita untuk mengelola pertanian secara organik ini terus dikembangkan di berbagai wilayah. Apalagi, dari segi bisnis, petani bisa lebih untung. Hal itu disebabkan oleh permintaan pasar terhadap bahan pangan organik yang kian tinggi. Jika pertanian organik terus dikembangkan secara intensif dan berkeleanjutan, maka niscaya masa depan petani yang lebih sejahtera dapat terwujud.*
Marsel Gunas
Dunia sudah semakin maju. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebagai bintang utamanya telah memudahkan manusia melakukan berbagai jenis pekerjaan. Cara berpikir yang maju itu juga memungkinkan manusia menata alam dan segala ekosistemnya agar berguna bagi kelangsungan hidup manusia.
Penemuan para pakar ilmu pengetahuan dalam ilmu biologi, contohnya, telah membawa pengaruh besar bagi pengelolaan tanah untuk kepentingan sektor pertanian. Namun, tak jarang, kehadiran berbagai hasil kreasi manusia karena kemajuan ilmu pengetahuan itu turut berdampak buruk bagi ekosistem. Salah satunya, apa yang terjadi pada sektor pertanian.
Apa itu pertanian?
Awalnya, kata “tani” atau “bertani” muncul dalam bahasa latin, firmare yang berarti memperkuat, memperbaiki. Dalam bahasa Perancis, ferme diartikan sebagai penyewaan, atau sewa- pakai. Dalam perkembanganya, pada awal tahun 1719, kata ini banyak dikaitkan dengan urusan penyewaan lahan, yang muncul dalam istilah Inggris, farm out, yang berarti sewa pakai lahan.[1]Pertanian berkaitan dengan berbagai upaya atau kegiatan yang memanfaatkan sumber daya hayati. Kegiatan utama pertanian adalah pengolahan lahan dan pembudidayaan tanaman Singkatnya, pertanian merupakan usaha tanam- menanam.[2]
Sawah, kebun, ladang, dan berbagai area pertanian lainya adalah sumber daya utama dalam urusan pertanian. Yang jelas, tujuan utama setiap usaha pertanian adalah menghasilkan bahan pangan (makanan) yang akan dikonsumsi manusia. Penegasan itu lantas memberi pesan penting bahwa setiap usaha pertanian juga berkaitan dengan kesehatan manusia.
Pertanian Organik: Masa Depan Petani
Lahan pertanian yang subur adalah dambaan setiap petani. Sebab, dengan lahan yang subur itu, para petani dapat mengembangkan usaha pertanianya. Lahan yang subur juga memungkinkan pembudidayaan tanaman yang berkualitas. Dengan demikian, hasilnya juga memuaskan.Beberapa tahun terakhir, kerusakan lahan pertanian kian menggelisahkan. Hal itu diakibatkan penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Kerusakan lahan itu memicu menurunnya kualitas tanaman hasil pertanian. Bahkan, bahan pangan yang disuburkan oleh berbagai bentuk pupuk kimia tak sehat dikonsumsi. Tak ada pilihan lain untuk persoalan ini, selain berani untuk menggunakan sistem pertanian organik.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Kegelisahan terhadap dampak buruk penggunaan pupuk kimia membuat sebagian besar pakar biologi tanah berupaya menemukan solusi atas persoalan itu.[3]
Konsep pertanian organik sebenarnya telah mulai dikenal pada tahun 1930 dan 1940-an, setelah Sir Albert Howard dan istrinya Gabriel Howard mengembangkan pertanian organik. Kala itu, Howard mendasarkan pengembangan pola pertanian organik pada potret pertanian tradisional di India, yang kemudian dibedah secara biodinamis. Dari sana, ia pun berhasil menerapkan prinsip ilmiah pada berbagai metode pertanian tradisional dan alami. [4]
Dalam perkembanganya, pertanian organik lantas menjadi tawaran utama untuk perang terhadap pemakain pupuk kimia berlebihan, yang telah mengakibatkan kerusakan lahan yang cukup parah di berbagai belahan dunia. Pemakaian pupuk sintetis telah merusak ekosistem tanah, dan terkontaminasinya tanaman oleh zat- zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Cita-cita untuk mengelola pertanian secara organik ini terus dikembangkan di berbagai wilayah. Apalagi, dari segi bisnis, petani bisa lebih untung. Hal itu disebabkan oleh permintaan pasar terhadap bahan pangan organik yang kian tinggi. Jika pertanian organik terus dikembangkan secara intensif dan berkeleanjutan, maka niscaya masa depan petani yang lebih sejahtera dapat terwujud.*
Marsel Gunas
[1] farm (v.): mid-15c., "to rent (land)," from Anglo-French fermer, from ferme "a rent, lease" (see farm (n.)). The agricultural sense is from 1719. Original sense is retained in to farm out. - Online Etymology Dictionary
[2] Bandingkan penjelasan di tentang tani dan pertanian di http://kbbi.web.id/tani dan https://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian
[3] Lihat rintisan tentang Sejarah Pertanian Organik
[4] Sir Albert Howard kemudian dikenal sebagai bapak pertanian organik dunia. Ia adalah seorang pakar botani. Ia mengembangkan prinsip- prinsip biodinamika dalam pertanian, yang selanjutnya dipakai berbagai pakar biologi tanah.
[2] Bandingkan penjelasan di tentang tani dan pertanian di http://kbbi.web.id/tani dan https://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian
[3] Lihat rintisan tentang Sejarah Pertanian Organik
[4] Sir Albert Howard kemudian dikenal sebagai bapak pertanian organik dunia. Ia adalah seorang pakar botani. Ia mengembangkan prinsip- prinsip biodinamika dalam pertanian, yang selanjutnya dipakai berbagai pakar biologi tanah.
EmoticonEmoticon