Makna Irigasi Bagi Kemajuan Pertanian

Irigasi dan lahan pertanian adalah dua komponen penting ketika menyinggung urusan pertanian. Pun jika hanya lahan pertanian yang menjadi topik bahasan, irigasi tetap menjadi satu sisi penting yang wajib mencuat ke isi pembahasan. Menyinggung urusan pertanian, sama halnya turut menyinggung irigasi. Irigasi dan pertanian ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Meskipun berbeda peran namun dua hal ini akan selalu bertalian satu sama lain.

Makna Irigasi Bagi Kemajuan Pertanian

Arti Irigasi

Arti Istilah irigasi berasal dari bahasa latin: irrigatus (in + rigare) yang berarti mengairi, melembabkan. Dalam bahasa Inggris, irrigation diartikan sebagai “a supplying water to land (pemasokan air ke sebidang lahan)” atau bisa disingkat “pengairan lahan”. Istilah ini kerap dikaitkan dengan urusan atau hal pertanian. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan irigasi sebagai pengaturan pembagian atau pengaliran air menurut sistem tertentu untuk sawah dan sebagainya.

Karena kata irigasi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan “air” atau “sumber air” maka tentu kata ini mudah diingat ketika orang sedang berpikir tentang air. Meskipun, kata irigasi itu sendiri lebih banyak dimunculkan dalam teori bahkan mata pelajaran tentang pertanian. Kata Wikipedia, pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

Dari pengertian pertanian itu, bisa terlihat betapa irigasi memiliki makna penting dalam urusan pertanian. Secara sederhana, bisa digambarkan seperti ini: sebuah lahan yang hendak ditanami tanaman tertentu, dan ketika tumbuh tak disirami, tak didukung oleh aliran air yang memadai sama dengan menanam tanaman di bebatuan. Ia tumbuh tetapi layu dan tak dapat menghasilkan.

Catatan Sejarah Irigasi

Penerapan sistem irigasi bagi pertanian di dunia telah dikenal sejak ribuan tahun silam. Peredaban Mesir Kuno dan Mesopotamia adalah contohnya. Di Mesir Kuno, diperlihatkan penerapan sistem irigasi yang memanfaatkan Sungai Nil untuk menunjang pertanian masyarakat Mesir Kuno kala itu. Hasilnya, lahan pertanian menjadi subur dan menjadi penopang keberlanjutan peradaban itu.[1]

Di Mesopotamia, irigasi dilakukan dengan memanfaatkan Sungai Eufrat dan Sungai Tigris untuk mengairi lahan- lahan pertanian Mesopotamia. Apa yang dihasilkan dari irigasi di Mesopotamia? Semua tentu akrab dengan kisah “bulan sabit subur”, sekitar tahun 8000 SM. Tak dapat dibantah, cara pengairan lahan- lahan pertanian di Mesopotamia kala itu telah menginspirasi berbagai teori dan pengetahuan modern tentang pertanian. “Bulan Sabit Subur” (the fertile crescent) merupakan sebutan bagi daerah pertanian yang subur di Mesopotamia.[2]

Di India, sistem irigasi bagi pertanian mulai diterapkan pada tahun 300 SM. Pertanian di sekitar lembah sungai Shindu (Indus) dan Sungai Gangga menjadi bukti irigasi yang mendukung pertanian di India. Disana, mereka membangun tanggul dan kanal-kanal untuk mengairi lahan pertanian di sekitar lembah sungai Shindu. Munculah peradaban Indus yang kemudian menjadi peradaban India masa lampau. Di China, memanfaatkan Sungai Kuning, saluran pengairan dibangun untuk mengairi pertanian, yang akhirnya melahirkan peradaban Sungai Kuning yang merupakan peradaban tertua China.

Di Indonesia, pengairan terhadap lahan pertanian telah dimulai pada masa kerajaan-kerajaan. Pada zaman kerajaan, irigasi tradisional dilakukan dengan cara membendung sungai untuk mengairi sawah. Berlanjut ke masa penjajahan colonial Belanda, berbagai cara pengairan lahan pertanian dilakukan atas desakan penjajah waktu itu untuk mencetak sawah sebanyak mungkin untuk menghasilkan panen yang melimpah.[3]

Kisah tumbu dan berkembagnya peradaban- peradaban itu semakin menguatkan makna penting irigasi bagi sektor pertanian. Irigasi, jika tidak terlalu berlebihan, boleh disebut cikal bakal pertanian yang subur dan produktif. Irigasi yang dibangun, pada masa-masa itu telah sukses mengantar peradaban-peradaban dunia bertahan hingga sekarang. Sebut saja, peradaban di Afrika dan Amerika, zaman pra-Colombus.

Jaringan Irigasi

Dalam pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian tahun 2015, dijelaskan bahwa yang dimaksudkan pembangunan jaringan irigasi pertanian adalah pembangunan jaringan irigasi dari hulu (upstream) sampai hilir (downstream) yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Sarana dan prasarana tersebut berupa bendungan, bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, boks bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani (TUT).  Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.[4]

Untuk pewujudan agenda itu, pada APBN-P 2014, kementerian pekerjaan umum telah menganggarkan Rp 5,25 triliun untuk perbaikan, pengelolaan bahkan pembangunan jaringan irigasi baru. Target utamanya adalah mencapai swasembada pangan pada 2017. Jaringan irigasi itu dibangun setelah sebelumnya kementerian pertanian melakukan survey lokasi di 16 provinsi dan 60 kabupaten yang mengalami kerusakan jaringan irigasi. Kementan dalam survei itu juga menemukan banyaknya jaringan irigasi yang rusak dan tak pernah direhabilitasi selama kurang lebih 20 tahun.[5]

Mau tidak mau, jika melihat berbagai target di sektor pertanian nasional, anggaran yang akan digelontorkan juga harus besar jumlahnya, yang tentunya didukung proses yang akuntabel dan transparan. Tambahan, monitoring dan evaluasi pembangunan irigasi di berbagai daerah juga harus terus dikencangkan: jangan sampai dijarah nafsu korupsi.

Makna Penting Irigasi: Nasib Pertanian

Irigasi adalah salah satu faktor penunjang sektor pertanian. Irigasi berkaitan dengan pengairan lahan pertanian. Jika berkaitan dengan pengairan, maka irigasi mutlak berkaitan dengan sumber air, kecukupan air dan pola pengaturan air. Bisa dibayangkan jika lahan persawahan anda tak didukung oleh ketersediaan sumber air dan sistem pengairan yang mumpuni.

Dengan demikian, pembangunan jaringan irigasi, se-modern apapun itu bentuknya, juga harus tetap berjalan seiring dengan program- program pemeliharaan sumber daya air. Salah satunya adalah membatasi pemanfaatan sumber daya air secara massif (besar- besaran) untuk kepentingan bisnis, menghentikan deforestasi dan membangun sistem kehidupan yang mencintai lingkungan.

Jika kita kaitkan dengan kemajuan sektor pertanian, maka gambaran makna penting irigasi terlihat sebagai sebuah keharusan yang harus dipenuhi. Kemajuan sektor pertanian (juga) berawal dari kualitas pembangunan irigasinya. Harapannya, negara tak pernah abai dengan urusan sumber daya air dan pembangunan irigasi bagi pertanian.*

Marsel Gunas
[1] Selain wikipedia, dokumen tentang sejarah peradaban Mesir Kuno dapat dilihat di beberapa literatur ensiklopedia, khususnya ensiklopedia Mesir. Meskipun, telah banyak kajian antroplogy terkait kehidupan Mesir Kuno, namun setidaknya catatan-catatan sejarah Mesir Kuno dan peradabanya dapat ditemukan di sini. Sungai Nil yang menjadi sumber kehidupan utama peradaban Mesir Kuno, telah menjadi bagian penting dalam sejarah peradaban Mesir.
Sungai Nil merupakan salah satu sungai terpanjang di dunia yang mengalir sepanjang 6.650 km atau 4.132 mil dan membelah kurang lebih 9 negara di Afrika;  Ethiopia, Zaire, Kenya, Uganda, Tanzania, Rwanda, Burundi, Sudan, dan tentu saja Mesir.

[2] Istilah "Bulan Sabit Subur" adalah pelabelan terhadap daerah yang subur di peradaban Mesopotamia. Mesopotamia merupakan salah satu peradaban tertua di dunia.

[3] Sejarah irigasi di Asia dan khususnya di Indonesia dapat ditemukan ketika anda mengetikkan kata "irigasi" di mesin pencari. Meski tetap membutuhkan pengayaan pustaka terkait hal itu, namun minimal ada pemahaman umum bahwa irigasi di Indonesia telah dimulai sejak zaman kerajaan, dilanjutkan pada zaman pra kemerdekaan (penjajahan hindia belanda). Hingga kini, term irigasi banyak ditemukan di banyak pustaka terkait pertanian.

[4] Pedoman teknis pengembangan jaringan irigasi yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian tahun 2015 merupakan dokumen resmi yang dikeluarkan Kementerian Pertanian Indonesia melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, dirilis pada Januari 201.

[5] Jaringan irigasi yang akan dibangun nantinya telah dianggarkan pada APBN -P 2015. Besarnya anggaran tersebut diakibatkan oleh banyaknya jaringan irigasi di berbagai daerah yang telah rusak dan tak pernah direhabilitasi. Kementan pernah melakukan survey langsung terkait itu


EmoticonEmoticon